Friday, February 22, 2013

Dua

"Ini tugas mu selanjutnya. Lakukan dengan cepat dan rapi." perintah seorang pria sambil memberikan suatu bungkusan. G pun menerima bungkusan itu sambil berjalan meninggalkan bangunan tua itu. Segera ia kembali ke tempat persembunyiannya. Sesampainya disana dibukalah bungkusan yang diberikan oleh pria berjubah hitam yang misterius tadi. Ia pelajari siapa dan dimana targetnya berada. Semua hal-hal kecil ia perhatikan dengan seksama. Memang G terkenal sebagai salah seorang yang tidak pernah gagal dalam melaksanakan tugasnya. Dan ia pun berusaha agar reputasinya itu bertahan. Karna hanya pekerjaan ini lah yang mampu membuatnya bertahan hidup sampai sekarang. Setelah ia pelajari semua hal tentang targetnya maka ia putuskan bahwa esok hari adalah hari yang paling tepat. Sekarang waktunya istirahat karna esok akan jadi hari yang tidak mudah. Matahari pagi mulai mengintip dari cakrawala, namun G sudah tidak berada di tempatnya. Ia telah pergi ke suatu daerah di wilayah Bandung. Di sanalah ia akan melaksanakan semua rencana yang ia siapkan. Ia telah berada di suatu bukit yang mana ia dapat memantau daerah sekitar dengan leluasa. Dari bukit tersebut dapat terlihat sebuah lapangan golf yang cukup terkenal. Disana sering di jadikan tempat para golongan atas untuk sekedar menyalurkan hobby mereka bermain golf ataupun sampai membicarakan masalah-masalah bisnis yang tentu saja tidak "bersih". G mengeluarkan teman terbaiknya dalam pekerjaan ini, sebuah senapan CheyTac M-200. Dari jarak sekitar 850 meter dilihatnya target yang diserahkan padanya. Seorang laki-laki paruh baya dengan badan yang sedikit tambun. Ia adalah pemilik salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia. Entah mengapa orang ini bisa menjadi tugas untuk G. Karna G pun tidak pernah peduli apa alasan orang-orang itu ditugaskan untuknya. Yang terpenting baginya hanyalah tugas selesai tanpa ada cacat sedikit pun. Dibidiknya sang target melalui scope senapannya. Ia arahkan bidikannya tepat kearah kepala. Ia atur nafasnya untuk meningkatkan akurasi. Saat jarinya menarik pelatuk itu terdengarlah suara letupan dari senapannya. Sebuah peluru meluncur deras ke arah target. Tanpa sempat mengetahui apa yang terjadi, sang target pun kini sudah tertanam peluru di dalam kepalanya. Orang-orang di sekitarnya menjerit dan berusaha menolongnya. Namun semua sudah terlambat, pria tambun itu sudah menemui ajalnya di tangan seorang pembunuh bayaran. G pun segera membereskan perlengkapannya dan pergi menuju tempat pertemuan. Di sebuah gedung yang tampak sudah tua itulah tempat pertemuannya dengan pria berjubah hitam yang misterius itu. Dalam tugasnya kali ini pembayaran dilakukan cash setelah tugas selesai. G berjalan menyusuri lorong yang gelap itu menuju sebuah ruangan. Sebuah ruangan yang cukup besar dan banyak terdapat sarang laba-laba. Ia perhatikan ruangan itu dengan seksama dan ia melihat ada sebuah lemari yang sangat besar. Ia coba dekati lemari itu untuk melihat lebih seksama. Tiba-tiba lemari itu bergeser dan di belakang lemari itu nampak sebuah pintu. Dan dari pintu itulah muncul si pria berjubah hitam. Ia datang dengan jubah hitam dan topi seperti yang digunakan oleh mafia-mafia di Amerika dahulu. Tapi G nampak tidak peduli dengan apa yang digunakan pria itu. Ia lebih tertarik dengan apa yang dibawa oleh pria itu. Sebuah tas berukuran cukup besar. Pria itu berjalan ke arah G lalu di lemparkannya tas itu ke hadapanya. "Ini bayaran mu seperti perjanjian kita." ujar pria itu.G mengecek isi tas tersebut, 500 juta cash dalam pecahan 50 ribu. Semua sesuai dengan perjanjian. "Urusan kita saat ini selesai, namun aku menjamin kita pasti akan kembali berurusan lagi. Hahahahaha!!!" sambil tertawa pria itu kembali ke pintu rahasia dan mulai menghilang dari pandangan G. G pun kembali menyusuri lorong-lorong gelap untuk kembali ke persembunyiannya.

Bersambung....

No comments:

Post a Comment